Rabu, 26 Januari 2011

Jawaban Dari POS Terdepan

Jawaban Dari POS Terdepan
~Taufik Ismail~


Kami telah menerima surat saudara
Dan sangat paham akan isinya
Tetapi tentang pasal penyerahan
Itu adalah suatu penghinaan

Konvoi sejam lamanya menderu
Di kota. Api kavaleri memancar-mancar
Di roda-rantai dan aspal
Angin meniup dalam panas dan abu
Abu baja. Nyala yang menggeletar-geletar
Sepanjang suara

Jalan Segara

Jalan Segara
~Taufik Ismail~

Di sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan

Ketika pawai bergerak
Dalam panas matahari

Dan pelor pembayar pajak
Negeri ini

Ditembuskan ke pungung
Anak-anaknya sendiri


1966

Doa

Doa
~Taufik Ismail~

Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun-tahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani

Dari Ibu Seorang Demonstran

Dari Ibu Seorang Demonstran
~Taufik Ismail~

"Ibu telah merelakan kalian
Untuk berangkat demonstrasi
Karena kalian pergi menyempurnakan
Kemerdekaan negeri ini"

Dari Catatan Seorang Demonstran

Dari Catatan Seorang Demonstran
~Taufik Ismail~

Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan

Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan


1966

Buku Tamu Musium Perjuangan

Buku Tamu Musium Perjuangan
~Taufik Ismail~

              Pada tahun keenam
             Setelah di kota kami didirikan
             Sebuah Musium Perjuangan
             Datanglah seorang lelaki setengah baya
             Berkunjung dari luar kota
             Pada sore bulan November berhujan
             dan menulis kesannya di buku tamu
             Buku tahun keenam, halaman seratus-delapan

Bayi Lahir Bulan Mei 1998

Bayi Lahir Bulan Mei 1998
~Taufik Ismail~

Dengarkan itu ada bayi mengea di rumah tetangga
Suaranya keras, menangis berhiba-hiba
Begitu lahir ditating tangan bidannya
Belum kering darah dan air ketubannya
Langsung dia memikul hutang di bahunya
Rupiah sepuluh juta

Bagaimana Kalau

Bagaimana Kalau
~Taufik Ismail~

Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam,
tapi buah alpukat,
Bagaimana kalau bumi bukan bulat tapi segi empat,
Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah,
dan kepada Koes Plus kita beri mandat,
Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi,
dan ibukota Indonesia Monaco,

1946: Larut malam Suara Sebuah Truk

1946: Larut malam Suara Sebuah Truk
~Taufik Ismail~

Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sedah Bebas Negeri Kita'

Di jalan Tunjang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga:
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya?'


1963
Budaja Djaja
Thn. VI, No. 61
Juni 1973

Rabu, 19 Januari 2011

Kudekap Kusayang-sayang


Kudekap Kusayang-sayang 
Oleh : Emha Ainun Naijb

Kepadamu kekasih kupersembahkan segala api keperihan
di dadaku ini demi cintaku kepada semua manusia
Kupersembahkan kepadamu sirnanya seluruh kepentingan
diri dalam hidup demi mempertahankan kemesraan rahasia,
yang teramat menyakitkan ini, denganmu